Sabtu, 05 Mei 2012

Naughty kis episode 1

Naughty Kiss Episode 1

Cerita berawal disebuah taman yang indah bagai syurga, seorang pria tampan mencium harumya bunga. (pria tampan itu bernama Baek Seung Jo). setelah itu tanpa sengaja ia melihat seorang wanita yang sedang ketiduran dibawah pohon. Ia mendekat dan mencium wanita itu. Wanita itu terbangun dan memegang bibirnya serasa ada sesuatu yang telah menyentuh bibirnya.
Tiba2 seekor kuda putih lewat, saking penasarannya wanita itu mengikuti kuda itu yang terus berjalan. Ketika wanita itu lewat, bunga2 disekitarnya ikut tumbuh.(khayal banget ckckck). Wanita mengikuti kuda itu namun tiba2 kuda itu menghilang dan yang ia temukan adalah seorang pria yang sangat tampan yang kemudian mendekatinya dan ingin menciumnya. (hahaha ternyata itu semua hanya mimpi)
Wanita itu bernama Ha Ni, ternyata dia sedang bermimpi.(Mpek monyong2 itu bibir). Bel berbunyi, Ha Ni terbangun dari tidurnya dan berlari untuk masuk kelas.
Didalam kelas Ha Ni tertawa2 sambil melihat gambarnya, melihat hal itu gurunya bertanya “Ha Ni apa yang kau pikirkan pagi2 begini?” semua teman2nya tertawa. Sementara itu dari kejauhan seorang pria nyentrik menatapnya (namanya Boong Joon Gu). Guru tersebut melihatnya dan menyuruh pria itu untuk duduk dengan benar. Guru tersebut memberikan motivasi belajar kepada para seluruh siswa agar siswa belajar lebih giat, tak peduli bagaimanapun capek yang kita rasakan. (Kelas ini kacau banget, ada yang tidur glesotan dimeja, ada yang pura2 pake mata melek, padahal tidur, ckckck ni lucu banget).
Dikantin sekolah, teman2 Ha Ni sedang bermain music,,(eitzz..keren coy ada ember, gitar, ma dance sepatu kayak orang spanyol,, aduh namanya kagak ngerti). Sedangkan itu Ha Ni dan gengnya (Min Ah dan Joo Ri) makan di sebuah meja kecil, mereka membicarakan nilai mereka yang tidak begitu bagus. Kemudian beralih bergosip tentang rumah Ha Ni yang baru. Min Ah bertanya “Apakah tidak ada perayaan untuk merayakan rumah baru Ha Ni?”. “Tidak, karena barang2 Ha Ni belum dipacking semua karena ayahnya sering pulang terlambat ”jawab Ha Ni. Joo Ri menyuruh Ha Ni untuk menyuruh minta bantuan pada Boong Joon Gu, namun sepertinya Ha Ni tidak mau. (aduh gosipan mereka banyak banget aku cut aje ya).
Tiba2 Hong Jang Mi dan gengnya lewat. Mereka memberi salam pada geng Ha Ni. Mereka semua terkejut. Jang Mi ingin mengambil minuman di dalam mesin minuman namun tidak berhasil (coba diindonesia ada ckck). Ha Ni melihatnya dan berusaha membantunya. Ha Ni melihat kearah teman2nya bertanda music dimainkan, kemudian Ha Ni menurunkan celananya, berjalan ke arah Jang Mi. Ha Ni memeriksa mesin sambil mengetok2nya. Kemudia mundur pasang kuda2 dan hiyak*** duk… Ha Ni menendang mesin itu. Minuman keluar dari dalam mesin..sementara Jang Mi sangat terkejut. Setelah mendapatkan minumannya Jang Mi berterima kasih pada Ha Ni.
Setelah Jang Mi duduk, teman Jang Mi bercerita kalau Seung Jo mendapat nilai tertinggi lagi. Hal tersebut didengar juga oleh Ha Ni and the geng. Ha Ni sangat terkagum2 dengan Seung Jo karena udah pintar, cakep lagi..melihat ekspresi Ha Ni membuat teman2nya geleng2. Ha Ni pun mulai menceritakan mimpinya pada teman2nya dengan penuh ekspresi...mendengar bualan Ha Ni temannya hanya geleng2 kemudian Joo Ri menjejal mulut Ha Ni dengan daging.
Terdengar suara teriakan para siswi, , Ha Ni menoleh, ternyata ada Seung Jo. Ha Ni mulai deg2an..Seung Jo berjalan kearah Ha Ni, Ha Ni mulai salah tingkah, namun Seung Jo melewatinya. Ternyata Seung Jo menuju mesin minuman..
Seung Jae berusaha mengambil minuman, namun tidak berhasil. Jang Mi mendekatinya dan menawarkan minumnya namun ia tolak. Jang Mi mulai membuat tentang persahabatan ibunya dengan ibu Seung Jo, namun Seung Jo cuek ajeh.

Jumat, 27 April 2012

Ojagkyo Family episode 58-final

Sinopsis Ojakgyo Brothers Episode 58 – Final






Di tengah keterkejutan semua orang, ibu mengatakan alasan keberatannya.

“Mempelai wanita ini baru saja menolak kesempatan berharga dalam hidupnya untuk menikah. Yang ia perlu lakukan hanyalah menunda pernikahan selama setahun, jadi mengapa terburu-buru menikah? Orang sering berkata kalau pernikahan adalah gerbang kuburan dalam kehidupan kita.
Aku menikah pada umur 20 tahun, dan selama 40 tahun aku menjadi menantu pertama keluarga Hwang. Aku terus-terusan memasak, bekerja selama 365 hari sampai tanganku tak pernah kering karena selalu terkena air.
Oleh karena itulah aku mengatakan pada mempelai wanita ini, jangan abaikan mimpimu.

Tapi dia malah bertanya padaku, “Bibi, apakah kau menyesali hidupmu? Aku ingin menjadi ibu sepertimu”. Kata-kata itu membuatku kesal karena kedengarannya kalau gadis ini sok pintar dan mencoba mengajariku. Tapi karena kata-katanyalah membuatku merenungkan kembali.

Jika aku harus kembali 40 tahun yang lalu dan disuruh memilih, aku akan tetap memilih hal yang sama. Jujur saja, melihat seluruh anggota keluargaku duduk mengelilingi meja dan makan makanan yang aku masak – itulah saat-saat yang membahagiakan dalam hidupku. Melihat anak-anakku selalu menikmati makananku, membuatku tak bosan menjalani hidup. Melihat seluruh keluarga berkumpul dan makan sup kimchi dan kue beras, memberiku kekuatan baru untuk bekerja di kebun setiap paginya.

Aku memiliki suami yang tak pernah melirik wanita lain dan kami membesarkan mempelai pria yang sekarang berdiri di depan dengan sangat baik. Bahkan jika aku tak memiliki makanan untuk dimakan, perutku tetap kenyang melihat keempat putraku. Bagaimanapun juga, aku tak akan pernah menukarkan kehidupanku dengan yang lain.

Jadi Ja Eun-ah, sekarang aku akan menjawab pertanyaanmu. Aku tak pernah menyesali kehidupanku. Aku memilikimu yang menghormatiku, yang bukan siapa-siapa. Pernikahan adalah sesuatu yang harus kau lakukan. Pernikahan adalah sebuah ketidakberuntungan yang sangat menyenangkan untuk dialami dan juga kuburan kebahagiaan.

Ja Eun-ah, selamat menjalani kehidupan baru.  Aku sangat bahagia memilikimu sebagai  menantu.
Tae Hee-ah,  anakku..  Walaupun aku sedih, tapi untuk Ja Eun aku rela melepaskanmu.”

Ibu menutup pidatonya dengan memuji betapa cantik dan tampannya kedua mempelai yang berdiri di hadapannya serta mendoakan kebahagiaan mereka selamanya.

Sesaat semua hadirin terpana karena haru mendengar pidato ibu. Akhirnya Gook Soo memecah keheningan dengan bertepuk tangan bangga. Yang lain pun mengikuti.

Keluarga besar dan kerabat pun berfoto bersama.

Yang menarik adalah pengaturan foto keluarga. Dari softy terdapat penjelasan kalau foto keluarga diambil berdasarkan seseorang berada di pihak keluarga mempelai pria atau wanita. Seperti Tae Shik yang berada di sisi Tae Hee dan teman-teman Ja Eun berada di sisi Ja Eun. Karena kerabat Ja Eun sedikit, maka sisi Ja Eun tak begitu banyak.

Yang menarik adalah Jae Ha. Walaupun ia lebih dekat dengan Ja Eun, karena ia adalah atasan Ja Eun, ia malah berada di sisi Tae Hee. Padahal sekretarisnya berada di sisi Ja Eun. 

So sweet banget, betapa keinginan Jae Ha yang menganggap Tae Hee sebagai  adiknya selalu konsisten. Ia menghargai hubungannya dengan Ja Eun, tapi ia lebih menghargai hubungannya dengan Tae Hee.

Nenek pulang ke rumah, dan selalu tertawa gembira ketika mengingat kejadian hari ini. Bahkan saat ia terjatuh karena melepaskan kaos kakinya pun ia tak merasa kesakitan, malah tertawa. Ayah Ibu bertanya apakah nenek sebahagia itu menyaksikan Tae Hee menikah?

Nenek benar- benaarr…. bahagia.

Tae Bum datang untuk membawakan pulang baju hanbok Tae Hee dan Ja Eun. Senyum ibu jadi masam melihat Tae Bum dan menyuruhnya untuk segera pulang karena ibu mertuanya pasti sudah menunggunya.
Ayah memberi isyarat pada Tae Bum untuk masuk. Tae Bum pun menghampiri ibu dan menjelaskan kalau keputusannya untuk tinggal di rumah mertuanya hanya untuk setahun saja. Karena setelah Cha Gom lahir, pasti akan sangat sulit untuk Soo Young membesarkan Cha Gom karena ia harus bekerja.

Tae Bum minta maaf tak memberitahukan hal ini pada ibu terlebih dahulu. Ia merasa ibu selalu mengetahui apa yang ia rasakan dan pikirkan, jadi apa perasaannya saat itu, ibu pasti juga mengetahuinya.

Ibu tak percaya kata-kata manis Tae Bum. Tapi Tae Bum mengatakan tak peduli apa yang dikatakan oleh orang lain, tapi ia tetaplah anak Park Bo Ja, dan bukannya anak orang lain.
Ia juga berjanji  tak akan mengulanginya lagi dan lain kali akan membicarakan semuanya dengan ibu. Tae Bum sangat sedih melihat ibu kecewa padanya.

Ibu siapa yang tak akan luluh mendengar kata-kata anaknya yang membujuk ibunya dengan amat sangat manis? Tak ada. Begitu pula dengan ibu. Apalagi Tae Bum memeluknya dan mengatakan kalau ia mencintainya. Walaupun ibu mengatakan tak terbiasa dengan pelukan dan kata-kata cinta Tae Bum, Ibu kelihatan senang mendengarnya.

Tae Hee dan Ja Eun pergi bulan madu dan mulai melakukan salah satu keinginan Ja Eun. Pergi ke sebuah resor untuk main ski dan salju.


Dan mereka bermain salju dan membuat snow angel  (membantingkan belakang badan ke atas salju kemudian menggerakkan tangan dan kakinya ke samping  berulang-ulang sehingga terbentuk sayap malaikat)

Malamnya adalah malam pertama mereka. Yang mereka lakukan adalah menelepon ibu di rumah. Tapi ibu malah buru-buru menutup telepon dan berpesan agar menikmati waktu mereka di resor.

Okee… setelah itu apa yang mereka lakukan?

Ja Eun mengusulkan untuk menyalakan TV karena ada acara favoritnya, 1 Night 2 Days. Tae Hee pun menyetujui dan mereka menonton bersama. Di tengah-tengah menonton,  Tae Hee berkata pelan,

“Aku mencintaimu.”
Ja Eun menoleh dan membalas kata-kata Tae Hee, “Aku juga.”

1 Night 2 Days pun terlupakan ketika Tae Hee bertanya tentang anak yang ingin dimiliki oleh Ja Eun.

Ja Eun mengira-kira, “Dua? Tiga?”
 “Kalau begitu tiga,” jawab Tae Hee. “Setelah ini, lebih baik kita tinggal bersama dengan ayahmu.”
“Aku menyukai ide itu. Dan berjanjilah untuk tak pernah hidup terpisah dariku. Keluarga kita harus hidup bersama.”
“Kalau bertengkar tak boleh lebih lama dari 24 jam dan harus langsung berbaikan. Dan jika kau tak suka pada sesuatu atau menginginkan sesuatu, katakan saat itu juga.”
“Oke. Juga jangan membandingkan aku dengan orang lain. Dan kau harus berhati-hati menjaga tubuhmu saat mengejar penjahat.”

“Aku berjanji akan jaga diri. Apa ada yang lain yang kau inginkan?”
“Saat ulang tahun pernikahan, kita harus saling memberikan hadiah. Begitu juga saat ulang tahun kita harus memberikan surat yang ditulis tangan.”
“Surat? Panjang pendek tak masalah?” Ja Eun tak mempermasalahkan hal itu, maka Tae Hee pun mengiyakan permintaan Ja Eun.
“Apa ada yang lain yang kau inginkan, Paman?”
“Yuk, kita tidur sekarang.”


Ja Eun mengiyakan. Tapi saat menyadari keinginan Tae Hee yang sebenarnya, Ja Eun berkata,”Aku ingin menonton 1 Night 2 Days dulu.”
*Ahhh!! Jangan, lebih baik tonton 1N2D Season 2 saja. Ada Joo Won di dalamnya. Sekarang ..tidur!!*

Tae Hee kelihatan kecewa mendengar kata-kata Ja Eun. Tapi ia membiarkan Ja Eun menonton acara itu, sampai Ja Eun ketiduran.


Melihat istrinya sudah tertidur, pelan-pelan ia menggendong Ja Eun dan membawanya ke tempat tidur.

Ja Eun yang sudah terbangun melihat Tae Hee membaringkannya ke tempat tidur, langsung menutupkan matanya lagi agar terlihat tetap tidur.

Tapi Tae Hee tak melakukan apapun pada Ja Eun. Ia hanya mencium kening Ja Eun dan berbisik, “Terima kasih. Aku bersyukur kau mau menikah denganku.”

Ja Eun membuka mata dan tersenyum padanya, “Aku juga. Tidak, aku yang lebih bersyukur, karena kau tak pernah menyerah sampai akhir.”

Tae Hee pun mencium Ja Eun.

Esok harinya Tae Bum dan Soo Young sarapan pagi di rumah sebelah. Ibu bertanya apakah Tae Pil sudah memutuskan untuk putus dengan Yoo Eul? Tae Bum menjawab kalau adiknya belum memutuskan, ia sedang memikirkannya. Ayah menenangkan ibu karena keputusan putus tak semudah itu dilakukan.

Untuk pertama kalinya, Ibu meminta ijin untuk membuka pintu rumah anak menantunya karena ada pembantu yang datang untuk bersih-bersih. Tentu saja Soo Young membolehkan, mengapa ibu harus meminta ijin padanya?

“Mulai sekarang, aku akan memberitahu dulu sebelum masuk. Jika aku langsung masuk seperti rumahku sendiri, akan membuat menantu Hwang tak nyaman,” kata ibu menjelaskan dan menanyakan pendapat Tae Bum.

Tae Bum menyetujui pendapat itu dan sebaliknya, ia telah membelikan tiket nonton teater untuk ibu mertuanya untuk akhir pekan ini dan meminta ibu untuk meluangkan waktu.
Aww.. partner in crime sudah kembali lagi.

Untuk pertama kalinya Soo Young menjadi ibu rumah tangga. Ia mengantar kepergian Tae Bum yang akan berangkat ke kantor.. dan memasak!

Namun memasak tak hanya membutuhkan niat, tapi juga keahlian. Dan Soo Young masih butuh waktu banyak untuk belajar memasak. Ehm.. setidaknya belajar memasukkan garam dengan jumlah yang tepat, bukannya bersendok-sendok garam. Tentu saja makanan itu terasa tak enak.

Kebetulan Mi Seok meneleponnya dan Soo Young langsung bertanya bagaimana resep cumi goreng yang pas. Tanpa Soo Young sangka, Mi Seok malah mengatakan kalau ia akan datang ke rumah untuk membantunya.

Soo Young terkejut melihat Mi Seok datang bersama Gook Soo dan Ha Na. Dan ia juga terpukau melihat betapa berbedanya rasa makanan yang dibuat oleh Mi Seok dengan rasa makanan miliknya, dengan bahan yang sama.

Mi Seok bahkan membereskan semua peralatan kotor di dapur dan menyuruh Soo Young yang sedang hamil untuk duduk beristirahat bersama anak-anak.

Aww.. walaupun Mi Seok kadang-kadang cerewet tapi hatinya sangat baik dan ringan tangan.

Walaupun Soo Young mulanya sungkan membiarkan Mi Seok membereskan semua kehebohan yang ia timbulkan, tapi akhirnya ia duduk di ruang tengah bersama Gook Soo dan Ha Na dan menawari anak-anak itu choco chips buatan ibunya.


Sambil makan choco chips, Ha Na mengagumi  Soo Young yang menjadi reporter dan ia bercita-cita jika ia besar nanti ia akan menjadi reporter seperti Soo Young. Gook Soo mengingatkan Ha Na kalau sebelumnya cita-citanya adalah penyanyi.

Tapi Ha Na mengatakan kalau sebenarnya impiannya adalah menjadi reporter. Bahkan ia berangan-angan kalau ibunya adalah reporter seperti Soo Young, bukan hanya ibu-ibu pemilik restoran. Semua orang toh bisa memasak

Mi Seok yang telah menyelesaikan pemberesan dapur mendengar kata-kata Ha Na. Hatinya langsung terjun bebas mendengar anaknya lebih mengagumi calon tantenya daripada dirinya.

Tapi tante Soo Young berpendapat lain. Ia tak dapat memasak. Tahukah Ha Na kalau memasak adalah hal yang paling keren di dunia ini?

 “Memasak itu tidaklah mudah. Ketika kau menanak nasi, kau tak hanya membutuhkan beras, air dan kompor. Tapi kau juga membutuhkan cinta dan perhatian. Setelah memakan hidangan yang dimasak, kau akan tumbuh lebih tinggi, lebih sehat, dan lebih bahagia. Kau dapat tumbuh besar seperti ini bukankah karena ibumu memasakkan makanan untukmu?” 
Gook Soo menyetujui kata-kata Soo Young. Bahkan menurutnya, makanan Mi Seok adalah makanan yang paling uenak yang pernah ia makan.
Mendengar kata-kata Soo Young, Ha Na pun menyadari kebenaran kata-kata Soo Young dan mengatakan kalau cita-citanya adalah seperti ibunya, dan bukan menjadi reporter.
Hmm.. anak-anak banget si Ha Na ini. Berganti cita-cita sebanyak mungkin.

Mi Seok tersenyum mendengar nasehat Soo Young yang menggugah perasaan Ha Na.


Soo Young yang menyadari kalau Mi Seok telah selesai berbenah di dapur, ia mempersilakannya duduk. Malu-malu ia berkata,

“Ayo makanlah choco chips buatan ibuku sendiri. Enak loh, .. kakak ipar.’
Mi Seok kaget mendengar sapaan Soo Young, namun ia segera mengatasi kekagetannya dan tersenyum, “Baiklah,.. adik ipar.”

Aww… dan mereka pun menjadi kakak dan adik ipar yang sebenarnya.

Ja Eun dan Tae Hee bergegas ke bandara untuk mengantar Jae Ha yang akan pulang ke Amerika. Jae Ha berpikir mereka berdua tak dapat meluangkan waktu  datang  menemuinya karena kepulangannya ini bertepatan dengan bulan madu mereka.

Ja Eun mengatakan kalau tentu saja mereka memiliki waktu untuk mengantar kepergian Jae Ha. Tae Hee juga meminta agar Jae Ha mengirimkannya email tentang lokasi makam ibu mereka. Jae Ha akan melakukannya. Namun ia juga memiliki permintaan. Maukah Tae Hee melakukannya? Ja Eun, menjadi perwakilan Tae Hee, langsung mengiyakannya.
“Untuk sekali ini saja, panggillah aku hyung (kakak). “
Tae Hee kali ini yang menjawab, apa mungkin ia akan melakukan hal itu? Menurut Jae Ha mungkin, karena semalam ia memimpikan seekor babi  (yang berarti ia akan mendapat sebuah keberuntungan). Tapi Tae Hee tak mengatakan apapun, membuat Ja Eun kecewa melihatnya.

Jae Ha pun juga terlihat kecewa. Karena jadwal keberangkatannya sudah dekat, ia pun pamit. Ja Eun memberikan sebuah hadiah untuknya sebagai tanda terima kasihnya atas apa yang Jae Ha lakukan selama ini.

Duduk sendiri, Jae Ha membuka buku gambar pemberian Ja Eun. Ternyata ia merekam semua pertemuan mereka ke dalam sketsa yang ia buat.


Pertemuan pertama mereka, persaingan Jae Ha dan Tae Hee saat Tae Hee cemburu pada kedekatan mereka dan lembar terakhir adalah imajinasi Ja Eun yang menginginkan Jae Ha dan Tae Hee duduk bersebelahan dengan Ja Eun di tengah-tengah mereka.

Imajinasi Ja Eun adalah keinginan Jae Ha juga. Dan ternyata keinginan itu jadi nyata, karena Jae Ha menerima SMS dari Tae Hee,

“Hyung.”
Jelas, singkat dan padat, khas Tae Hee.

Tae Hee dan Ja Eun pulang ke rumah dan melakukan ritual penghormatan pengantin baru pada nenek, disaksikan oleh ayah, ibu, Tae Shik dan Mi Seok. Nenek sangat senang melihat mereka, walaupun Ja Eun harus bersusah payah saat berdiri.


Di tepi sungai, Tae Pil menemui Yoo Eul. Di tempat inilah Tae Pil meminta Yoo Eul sesuatu.

“Aku ingin kita berpisah selama dua tahun. Aku akan pergi bekerja di luar kota dan bekerja mulai dari nol. Aku akan meningkatkan kemampuanku dan kembali lagi menjadi pria yang memiliki masa depan. Sekarang aku adalah pria yang tak memiliki sesuatu untuk dibanggakan, namun 2 tahun lagi aku akan menjadi seseorang yang dapat berdiri dengan percaya diri di hadapanmu. Ini adalah caraku melindungi cinta kita, sehingga tak akan ada orang yang akan salah paham ataupun memandang rendah  hubungan kita. Saat itu, aku akan melamarmu dan kau akan mengatakan ya.”
Yoo Eul bertanya, bagaimana mungkin ia dapat menunggu Tae Pil selama dua tahun? Berapa umurnya saat itu? Ia mungkin akan bertemu seseorang yang baik, begitu pula dengan Tae Pil. Ia akan bertemu dengan wanita lain. Tapi Tae Pil percaya kalau hal itu tak akan terjadi.

Yoo Eul meminta agar mereka tak memberi janji apapun. Biarkan semuanya terjadi. Jika dua tahun kemudian ia masih tetap sendiri, ia akan menerima lamaran Tae Pil. Tae Pil pun memeluk Yoo Eul.

Yoo Eul : “Terima kasih, aku sangat bahagia bertemu denganmu. Saat-saat denganmu adalah saat paling membahagiakan dalam kehidupanku. Terima kasih dan jagalah dirimu baik-baik.”
Que sera-sera, whatever will be, will be.. Time will heal, and time will tell..

Seperti biasa, keempat saudara Hwang bertemu dan Tae Pil pun mengumumkan keputusannya. Ia memutuskan berpisah dengan Yoo Eul dan akan pergi ke luar kota untuk bekerja bersama seniornya. Seniornya sudah lama memintanya untuk membantu bisnis yang ia kerjakan, tapi ia selalu menolaknya. Sekarang ia akan melakukannya dan akan bekerja mulai dari bawah.

Ketiga kakaknya memberi semangat pada Tae Pil. Tae Bum mengatakan kalau Tae Pil pasti akan bekerja keras dan saat itu ia akan mempelajari banyak hal untuk meningkatkan keahliannya.


Tae Shik mengatakan kalau adiknya sekarang telah dewasa karena mampu mengambil keputusan yang sangat besar. Tae Hee menyetujui ucapan Tae Shik dan mengatakan kalau Tae Pil tak akan menyesali keputusannya.

Saat itulah bendungan hati Tae Pil jebol. Sambil menangis ia mengatakan kalau ia tak menyesali keputusannya,

“Aku tak akan pernah menyesal. Jika aku menyesal, aku tak akan memutuskan hal ini. Aku tak akan merindukannya. Selama dua tahun aku akan bekerja keras mencapai tujuan hidupku. Ini adalah satu-satunya cara agar aku dapat berdiri di hadapan Yoo Eul dengan percaya diri. Saat ini adalah kali terakhir aku melepaskan orang yang kucinta. Aku tak akan melakukan hal bodoh seperti ini lagi. Aku baik-baik saja dan tak akan menyesal.”

Dan Tae Pil pun menangis di dalam pelukan kakaknya.

Perpisahan selalu disertai tangis. Begitu pula dengan Yoo Eul. Di rumah ia menangis tapi berkata pada kakaknya kalau ia dan Tae Pil hanya berpisah selama dua tahun. Ini bukan akhir dari segalanya.

Ibu Soo Young memeluk adiknya dan menghiburnya agar tak menangis. Yoo Eul akan bertemu dengan Tae Pil dua tahun lagi, jadi jangan menangis. Semuanya akan baik-baik saja.

Untuk menghibur hati Tae Pil, kakak-kakaknya memutuskan untuk berkaraoke bersama. Mulanya Tae Pil enggan, tapi akhirnya ia pun menyanyi juga.

Orang galau, kalau menyanyi, lagunya juga lagu galau. Tapi kakak-kakaknya tak membiarkan hal itu. Dengan berdandan konyol, mereka bersama-sama menyanyi untuk Tae Pil yang masih terpaku di tempat duduknya.


Mereka menyanyi semakin keras, untuk menenggelamkan suara tangis Tae Pil yang sekarang dapat menangis dengan keras.

Mereka keluar karaoke dan berteriak-teriak seperti orang mabuk, dan Tae Shik mengusulkan agar mereka untuk minum-minum lagi. Tae Hee pun menyetujuinya karena ada sesuatu yang ingin ia bicarakan.
*Jangan khawatir mereka ditangkap polisi atau masuk berita atau kecelakaan, karena mabuk. Sebab ada polisi, reporter dan tenaga medis di tengah mereka.

Tengah malam, Tae Hee terbangun dan tak menemukan Ja Eun di sisinya. By the way, mereka tidur tidak di kamar Tae Hee, loh. Di kamar Ja Eun di loteng. Cute..

Ia turun ke bawah dan melihat Ja Eun, masih dengan memakai baju hanboknya, duduk di meja dapur dan menggambar dengan tekun.

Pagi ini, sarapan dihadiri oleh seuruh keluarga Hwang. Lengkap. Tae Bum dan Soo Young juga datang untuk sarapan di rumah. Ibu heran, mengapa Tae Bum datang tanpa kabar terlebih dahulu? Soo Young yang menjawab, karena Cha Gom kangen masakan neneknya. Aww..

Ternyata jika empat saudara sudah memiliki keluarga, akan ramai sekali saat bertukar sapa. Nenek keluar kamar karena mendengar ada yang berbicara ramai di ruang tengah. Begitu pula ayah yang sepertinya baru saja bangun tidur, karena ia tak memakai kacamatanya.

Tapi para menantu menutupi wajah dan mengalihkan pandangan ke tempat lain asal jangan ke arah ayah. Ayah yang menyadari apa yang ia pakai, atau tepatnya, apa yang tak ia pakai langsung masuk ke dalam kamar diikuti tawa oleh yang lain.
Hehe.. dengan adanya tiga menantu wanita, para lelaki Hwang sudah tak dapat leluasa lagi keluar kamar dengan baju ala kadarnya.

Ternyata kedatangan Tae Bum dan Soo Young adalah memberi kejutan untuk orang tua mereka. Kejutan itu bukan hanya dari Tae Bum saja, tapi dari semua anak-anak Hwang.

Tae Shik, sebagai anak tertua, memberitahu pada orang tua mereka kalau mereka tak perlu pindah dari perkebunan ini. Mereka, keempat saudara, telah patungan mengumpulkan uang untuk membeli perkebunan ini dari ayah Ja Eun. Rumah akan diatasnamakan ayah, dan tanah perkebunan akan diatasnamakan ibu.

Ayah dan ibu terpana. Mereka mendapat uang dari mana untuk membeli perkebunan ini?
Kali ini Tae Bum menyuruh Tae Hee untuk berbicara.  



Tae Hee mengatakan kalau ia mendapatkan uang warisan dari mendiang ibunya. Uang itu sebenarnya sudah ia terima dari Jae Ha sejak lama. Tapi ia tak berniat menggunakannya. Dan ia pikir akan sangat baik jika uang itu digunakan untuk membeli perkebunan ini, karena pasti mendiang ibunya juga akan berpikiran yang sama.

Tapi ia membeli tanah ini tak sendirian. Tae Shik dan Tae Bum juga berpartisipasi, bahkan Tae Pil juga ikut memberikan uang. Tae Pil menyela kalau 90% adalah uang dari Tae Hee.  Tae Shik meminta ayah untuk menerima pemberian mereka.

Ayah ragu-ragu menerimanya, sementara nenek menyuruh ayah untuk menerima pemberian itu. Ibu bertanya apakah Tae Hee benar-benar tak keberataan menggunakan uang itu?

Tae Hee benar-benar merasa tak keberatan. Karena jika ia tak menggunakan uang itu untuk ia belikan perkebunan, toh ia tak akan menggunakan uang warisan itu. Tae Bum meminta ayah ibu untuk menerimanya, karena hal tersebut sudah tak dapat diubah lagi. Tae Pil menambahkan kalau sepuluh tahun lagi ia, si anak bungsu, akan membelikan kebun pir untuk ibu.

Aww.. semuanya memberi ucapan selamat pada ibu.

Ibu tak berkomentar apapun. Ia malah berkata kalau ia harus ke kamar mandi. Namun tak berapa lama, terdengar suara tawa histeris di kamar mandi.

Kali ini tak ada yang perlu dicemaskan dari tawa histeris ibu, karena kali ini ibu benar-benar sangaaatt bahagia.

Ayah dan ibu ke kebun dan memandangi tanah yang sekarang menjadi miliknya. Setelah usianya 60 tahun, akhirnya Ibu memiliki tanah sendiri.  Ibu memuji ayah yang memiliki anak-anak yang hebat. Tapi ayah memuji ibu, kalau anak-anak ibu adalah yang paling hebat.

Ibu tersenyum sumringah dan mengatakan kalau anak-anak mereka adalah yang paling hebat. Dan ibu mulai merencanakan tanaman apa yang akan mereka tanam.


Ayah yang melihat mata ibu berbinar-binar dengan semangat bertanya apakah sekarang ibu benar-benar bahagia?

Ibu memeluk ayah dan mengatakan kalau ia benar-benar merasakan kebahagiaan.

Aww.. hadiah paling membahagiakan adalah hadiah dari anak kita sendiri.

Selain membelikan orang tuanya perkebunan, ternyata Tae Hee juga memiliki rencana lain. Ia menemui nenek dan meminta ijin untuk pergi ke luar negeri.


Ia tak ingin Ja Eun melepaskan kesempatan magang di perusahaan animasi di Amerika. Oleh karena itu ia akan pergi ke Amerika untuk meneruskan pendidikannya seperti rencananya dulu. Mereka akan pergi ke Amerika bersama.  Ja Eun akan magang selama setahun, sementara pendidikannya akan memakan waktu dua tahun.

Tae Hee yakin nenek akan selalu sehat selama ia tinggalkan. Ia akan belajar dengan tekun dan berusgaha untuk menyelesaikan pendidikannya sebelum dua tahun.

Ia meminta persetujuan nenek. Jika nenek setuju, maka mereka akan berangkat. Jika nenek keberatan, maka yang akan berangkat ke Amerika hanyalah Ja Eun saja.
Nenek meminta waktu untuk berpikir sejenak.

Nenek berjalan-jalan ke ladang dan bertemu dengan ibu yang bekerja dengan riang. Berbeda dengan nenek dan ibu pun menyadarinya. Apakah ada yang mengganggu perasaan nenek?

Nenek menceritakan pembicaraannya dengan Tae Hee dan bagaimana keputusannya yang akan membiarkan sepasang pengantin baru itu untuk berangkat ke Amerika. Tapi ia tetap merasa sedih karena harus melepas Tae Hee.

Ibu tahu bagaimana perasaaan nenek pada Tae Hee. Semasa kecil, Tae Hee pernah terkena pneumonia. Jika tak ada nenek yang merawatnya, nyawa Tae Hee pasti tak akan selamat.
Mengingat masa-masa itu, nenek merasa sekarang seperti mimpi. Umurnya sekarang 81 dan 40 tahun yang lalu, ibu adalah seorang Park Bo Ja yang berumur 20 tahun.

Nenek menepuk pundak ibu dan memujinya, “Kau telah bekerja keras. Terima kasih, karena bagiku kau adalah seperti tanah perkebunan ini.”

Ibu juga berterima kasih karena dengan adanya nenek, ibu dapat mengatasi awal-awal kehidupan pernikahannya, “Bagiku, ibu adalah sebuah gunung yang ada disana.”
Nenek setengah tak percaya mendengar pengakuan ibu. Ibu melanjutkan, “Jadi jangan membuatku menjadi anak yatim lagi, ya Bu. Ibu harus berada di sisiku untuk waktu yang sangat lama.”

Nenek berjanji pada ibu dan mengajak ibu untuk selalu hidup bersama di usia senja mereka. Nenek memandangi perkebunan milik menantunya, “Ketika musim semi tiba, rumput akan tumbuh lebih banyak lagi. Berapa musim semi lagi yang dapat kualami?”

Ibu tak menjawab, hanya memeluk lengan nenek lebih erat.

Hari-hari berlalu. Ibu berhasil menjual bebek yang ia ternakkan pada pemilik sebuah restoran yang dikenalkan oleh Mi Seok.

Tae Hee berpamitan pada teman-teman kerjanya. Hanya Dong Min yang tak mau antri menyalaminya. Dengan mata berkaca-kaca, Dong Min menyuruh Tae Hee pulang saat ia menikah nanti.


Tae Hee berjanji dan memeluk sahabatnya yang sudah hampir jebol bendungan di matanya.

Tae Pil tak lagi bekerja di toko Yoo Eul, dan orang tua Soo Young yang membantu Yoo Eul untuk melayani pelanggan.

Sementara itu Tae Pil yang bersiap untuk pergi, mendapat sebuah hadiah dari Gook Soo. Celengan miliknya. “Ambillah celenganku dan gunakan jika Paman sedang membutuhkannya. Ini hadiah dariku.”

Aww.. Tae Pil menerima celengan itu dan berterima kasih pada keponakan yang sangat mengidolakannya.

Sudah saatnya Soo Young melahirkan. Sepanjang perjalanan ke rumah sakit, saat Soo Young mengalami kontraksi, rambut Tae Bum-lah yang ia jambak.

Tapi bagi Tae Bum, semua itu pantas ia terima. Karena bayi cantik yang dilahirkan Soo Young sangatlah menggemaskan. Tae Bum sangat bangga dengan bayi mungilnya. Bahkan ia merasa kalau putrinya sudah bisa mengenali ayahnya, dan mengedip padanya.
Heheh.. yang narsis bapaknya atau bayinya ya..

Malam terakhir sebelum kepergian Tae Hee dan Ja Eun ke Amerika, seluruh anggota keluarga Hwang makan malam bersama. Ja Eun sedih karena akan berpisah dengan biu, tapi ibu mengatakan ia tak akan mengkhawatirkan Ja Eun dan Tae Hee karena mereka akan pergi berdua. Ibu berpesan agar mereka tak terlalu keras belajar dan bekerja.

Tae Hee dan Ja Eun menjawab iya, dengan Ja Eun menjawabnya dengan Ja Eun banget. Mengiyakan dengan suara keras, membuat Tae Shik berceletuk kalau nada suara Ja Eun persis seperti kali pertama saat ia datang di rumah ini.

Ja Eun tak pernah menyadarinya. Ia hanya teringat dengan sumpah serapah yang diucapkan oleh nenek pada saat itu. Karena mereka sedang mengingat masa lalu, ia juga ingin mengingat masa-masa pertamanya di perkebunan ini. Dengan nada menggoda, ia mengatakan pada ibu kalau ia teringat saat ibu menendang tendanya.

Ibu tak mau mengingat masalah itu lagi. Bukankah kata Ja Eun ia telah melupakannya? Tapi Ja Eun tetap ingin mengingatnya. Apakah ibu masih ingat ketika ibu menyemprotnya dengan air? Ibu pura-pura marah dan meminta Ja Eun untuk menghentikan ocehannya.

Dan lampu rumah dimatikan dengan teriakan Ja Eun yang masih membahana, “Selamat malam, ibu! Selamat malam, nenek! Selamat malam semuanya!” Ibu kembali berteriak menyuruh Ja Eun untuk segera tidur. ”Aku benar-benar mencintaimu! Aku akan tidur sekarang. Selamat malam!”

Keesokan harinya, ibu  bangun pagi. Musim semi sudah terasa karena ia dapat mencium bau musim semi. Di kandang, terdengar bebek-bebek bersuara riuh ramai, seakan ingin menyapanya. Ia  membuka kandang, dan tersenyum melihat mereka,

“Aigoo.. anak-anakku..”
Komentar :



Adegan penutup di episode 58 sama dengan adegan pembuka di episode 1. Jika kita menonton awal dan akhir episode drama ini, yang terpikir adalah hari-hari ibu tak ada bedanya dalam waktu setahun ini (setting drama Ojakgyo Brothers dimulai pada musim panas).
Tapi banyak hal yang berubah. Ibu sekarang memiliki tanah sendiri, Ibu sekarang tak dikelilingi oleh laki-laki saja, tapi juga anak perempuan dan cucu perempuan. Dan Ibu merasa jauh lebih bahagia, karena banyak anugerah yang ia terima selama ini.
Episode 58 ini seperti menaruh hiasan di atas sebuah tart yang sudah jadi. Tak banyak klimaks, tapi menjelaskan apa yang akan terjadi di episode 59 dan berikutnya. Kita dapat berandai-andai, memikirkan bagaimana babak baru di kehidupan mereka?

Tae Hee dan Ja Eun yang berangkat ke Amerika. Tae Hee meninggalkan Korea dan meninggalkan ketiga saudaranya. Tapi di Amerika ia disambut oleh hyungnya, Kim Jae Ha. Mungkinkah ada hubungan segitiga?


Sepertinya tidak. Karena seperti yang dikatakan Jae Ha, ia akan menjaga Ja Eun untuk Tae Hee. Seandainya ia pernah merasa tertarik dengan Ja Eun, ia telah memadamkan perasaan itu jauh-jauh hari untuk Tae Hee.

Pernikahan Tae Shik dan Mi Seok pasti akan terlewatkan oleh Tae Hee dan Ja Eun. Dan pola kehidupan ibu akan berulang pada Mi Seok sebagai menantu tertua. Pasti sangat menarik menyaksikan kehidupan pernikahan Tae Shik dan Mi Seok. Mereka sudah memiliki anak dari kehidupan mereka sebelumnya, tapi mereka sendiri belum pernah merasakan kehidupan pernikahan yang sebenarnya.

Gook Soo? Pasti menjadi anak yang hebat. Walau ia sangat mengidolakan Tae Pil, tapi karakternya lebih mirip seperti Tae Hee. Pintar, pendiam dan berpikiran dewasa. Ha Na sendiri mirip seperti Ja Eun. Ribut namun sangat baik hati. Kehidupan kedua anak ini setelah beranjak remaja pasti sangat menarik untuk disimak.

Tae Bum dan Soo Young akan masuk dalam babak baru kehidupan mereka. Kehidupan menjadi ayah dan ibu. Saat dimana waktu tidur adalah waktu paling berharga. Bayi mungil mereka akan mengambil porsi banyak dalam kehidupan mereka. Tapi semua itu akan terasa impas saat melihat senyum dari makhluk mungil yang menggenggam tangan dan mendengar celotehan tak berarti dari putri kecil mereka.

Tae Pil pasti akan menjadi pria dewasa yang mengagumkan. Jika ia sudah memutuskan sesuatu, ia akan mencapai tujuan itu dengan sekuat tenaga.  Ia akan menjadi pria yang dapat diandalkan.


Apakah ia akan dapat bersama dengan Yoo Eul? Apakah Yoo Eul bersedia menunggunya? Apakah Yoo Eul tak akan bertemu dengan pria dewasa yang menarik hatinya dan seumuran dengannya? Apakah Tae Pil tak akan bertemu wanita yang mengagumkan yang berumur tak jauh berbeda dengannya?
Que Sera Sera ..
Dua tahun kemudian adalah waktu yang tepat untuk melongok kembali apa yang terjadi di perkebunan Ojakgyo. Saat itulah Tae Hee dan Ja Eun kembali dari Amerika. Saat itulah Tae Pil dan Yoo Eul akan bertemu.

Semoga saat itu nenek masih ada dan tersenyum saat sarapan pagi di meja makan yang pastinya akan semakin panjang.

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Bluehost Review